Desa Berahan Kulon memiliki potensi wisata dan budaya lokal yang kaya serta unik, yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik tersendiri baik bagi wisatawan lokal maupun dari luar daerah. Salah satu aset wisata alam yang sedang dikembangkan adalah Embung Rawa Serman, sebuah embung yang menyimpan legenda lokal dan memiliki keindahan lanskap yang menarik, terutama pada sore hari saat matahari terbenam. Berdasarkan cerita masyarakat, embung ini diyakini sebagai lokasi yang dahulu merupakan kerajaan ular, menjadikannya tidak hanya menarik secara visual tetapi juga bernilai kultural dan spiritual.
Embung Rawa Serman telah dilengkapi dengan sejumlah fasilitas pendukung wisata seperti joglo-joglo untuk bersantai, kamar mandi, mushola, spot foto, papan petunjuk arah, dan area parkir. Selain sebagai tempat menikmati pemandangan, embung ini juga memiliki kolam pancing yang terbuka untuk umum dengan harga yang sangat terjangkau. Ke depan, pemerintah desa merencanakan pengembangan Desa Wisata, di mana pengunjung tidak hanya datang ke embung, tetapi juga bisa menikmati paket wisata edukatif seperti kunjungan ke UMKM lokal, pelatihan kerajinan, atau wisata kuliner khas desa. Pembangunan desa wisata ini akan dilakukan secara bertahap dengan pendekatan berbasis partisipasi masyarakat.
Dari sisi budaya, Desa Berahan Kulon memiliki sejumlah tradisi dan kegiatan keagamaan yang telah diwariskan turun-temurun dan menjadi identitas desa. Salah satunya adalah Haul Kyai Raden Burhan, yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Muharram. Kyai Raden Burhan diyakini sebagai pendiri Desa Berahan, yang berasal dari Kerajaan Demak dan berjasa dalam membuka wilayah ini serta menyebarkan agama Islam. Haul ini merupakan peringatan yang sakral, berisi pengajian, sholawatan, dan pembacaan Al-Qur’an untuk mendoakan arwah beliau. Makam Kyai Raden Burhan berada di belakang Masjid Al-Burhan dan dirawat dengan sangat baik oleh warga desa sebagai situs sejarah dan spiritual.
Selain haul, terdapat pula tradisi tahunan Santunan Anak Yatim, yang telah berlangsung sejak tahun 1990. Kegiatan ini menjadi bentuk kepedulian sosial terhadap anak-anak yatim yang berasal dari Desa Berahan maupun desa sekitarnya. Acara ini banyak didukung oleh donatur-donatur local maupun berasal dari luar kota, dan menjadi salah satu kegiatan sosial terbesar di desa. Acara dimulai dengan penyerahan santunan dan dilanjutkan dengan pengajian, mencerminkan kuatnya nilai solidaritas dan keagamaan masyarakat desa.
Tradisi lainnya adalah Sedekah Bumi, yang dilaksanakan pada bulan Apit atau bulan Dzulqa’dah dalam kalender Hijriyah—yakni bulan menjelang musim panen dan menjelang bulan Dzulhijjah (bulan haji). Sedekah bumi adalah bentuk rasa syukur masyarakat atas hasil bumi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini ditandai dengan pentas wayang kulit semalam suntuk, yang diselenggarakan di tempat khusus bernama Balai Rama. Menurut cerita masyarakat, Balai Rama adalah bangunan sakral yang secara misterius “tiba-tiba ada” tanpa diketahui siapa yang membangunnya. Lokasi ini kemudian dipercaya sebagai tempat sakral dan digunakan untuk kegiatan budaya desa.
Keseluruhan kekayaan budaya dan potensi wisata ini menjadi landasan yang sangat kuat bagi Desa Berahan Kulon untuk dikembangkan menjadi desa wisata berbasis alam, religi, dan budaya, yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi tetapi juga memperkuat identitas dan kebanggaan masyarakat terhadap warisan lokalnya.